yang tak hilang adalah rasa
calya's sides story
hari ini aku ada dua agenda penting. ah, maksudku agenda inti, karena sebenarnya nggak terlalu penting sih. jadi, hari aku ada janji untuk bertemu calvin dan naya.
iya, aku bertemu mereka secara terpisah. ya, mau bagaimana lagi karena mereka berdua pun sudah berpisah sejak bulan desember tahun lalu.
kata beberapa orang, putus artinya membiasakan diri dari perubahan situasi dan kebiasaan. dan itu benar adanya, karena aku pun harus terbiasa. tak ada lagi calya yang selalu sepaket, karena calvin dan naya kini sudah berjalan terpisah.
sambil menunggu calvin mengantarkan vinyl kodaline ke rumah, aku memutuskan untuk membenahi beberapa ruangan di rumahku.
sesi bebenahku akhirnya selesai, sekarang jam menunjukkan pukul 10 kurang beberapa menit, harusnya sebentar lagi calvin sampai. karena aku tau dia bukan termasuk pada golongan manusia ngaret seperti kebanyakan orang indonesia.
ting! nong!
panjang umur, calvin akhirnya datang.
“masuk aja cal!” sahutku.
lelaki itu pun langsung menerobos masuk ke ruang tamu rumahku, kemudian dengan hati hati menyimpan vinyl bawaannya di meja.
calvin membawa tubuhnya untuk tidur di sofa. ada rasa kesal karena aku baru saja selesai merapihkannya. tapi aku hanya diam, karena yakin calvin sedang tidak baik baik saja.
semenjak putus dari naya, ku perhatikan mata calvin jadi redup. kebiasaan jahilnya pada anak anak eska pun sudah hilang. calvin bak kehilangan semangat hidupnya.
sebenarnya tak berapa lama setelah putus dari naya, calvin berpacaran dengan erina, mantannya setahuku.
semua berawal dari hubungan mereka, yang sedang dalam masa break, sampai suatu hari naya mendapati calvin sedang jalan bersama erina. ya, akhirnya mereka putus.
tapi, perihal putusnya dengan erina aku pun masih belum tau. karena calvin sendiri masih bungkam soal itu.
“cerita deh, kusut amat cal.”
“waktu itu gue ketemu naya di kafe, pas gue jalan sama erina.” begitulah awal curhatan calvin tentang masalah percintaannya kali ini.
setelah mendengar dan mencerna apa yang barusan keluar dari mulut calvin, dapat kusimpulkan bahwa si budut calvin memang gagal move on dari naya.
dari ceritanya, setelah pertemuan mereka di kafe calvin terus terusan memikirkan naya. sampai suatu waktu calvin yang tanpa sadar memanggil erina jadi naya.
erina seakan mengerti, hati lelaki yang waktu itu masih menyandang gelar sebagai pacarnya tak ada padanya. dan akhirnya erina meminta calvin, untuk kembali pada rumah aslinya, naya.
“parah sih cal, lo udah hancurin tiga hati dalam satu waktu. tipikal bajingan emang.” ujarku
“satu lagi siapa anjir? elo?”
“menurut gue lo tolol.”
“ya elo kan ngakunya belahan jiwa naya, kali ikut tersakiti. trus siapa?”
“hati lo bodoh, hancur juga kan.” calvin terdiam mendengar kataku barusan, menyadari bahwa ia telah lupa pada dirinya sendiri.
“hehe btw, gue jadi inget lagunya taylor swift deh cal, lo putusnya desember kan?” alih alih menjawab pertanyaanku, calvin malah melempar bantal sofa ke mukaku.
“sialan.” umpatnya.
aku kemudian meraih ponsel mencari lagu yang aku maksud dan memutarnya. “cal, dengarkan dan resapi.” calvin mengangguk dan mulai fokus pada rangkaian lirik dari penyanyi asal amerika itu.
So this is me swallowin' my pride. Standin' in front of you sayin' I'm sorry for that night And I go back to December all the time It turns out freedom ain't nothin' but missin' you Wishin' I'd realized what I had when you were mine I'd go back to December, turn around and make it alright I go back to December all the time.
“jadi......gue harus apa?” tanya calvin.
“menurut gue lo tolol.”
“hujat aja terus lya, hujat terus gue.”
“minta maaf dong calvin, bisa mikir nggak?”
calvin kembali merebahkan tubuhnya, menatap kosong langit langit ruang tamuku. kasihan, aku mau membantunya, tapi dengan apa itu aku bingung.
“lya...”
“rasanya masih sama, ngga pernah ilang. gue aja yang telat sadar, kalau gue bener bener masih sayang sama naya.”
“kayaknya kalau gue minta maaf pun, dia ga akan maafin gue sih.”
aku berdiri menghampiri calvin, menarik badannya agar terduduk tegak. “bangun!” seruku, jujur aku geram dengan tingkah calvin yang mellow.
“badan lo gede calvin, kok mental lo kayak jelly sih!” cibirku lagi, calvin masih diam menatapku, matanya memang sangat menunjukan kesedihannya.
“cal, lo belum usaha jangan nyerah duluan. gue tau naya masih sayang lo kok. sana pulang, cari cara biar lo bisa dapetin rumah lo lagi.”
calvin tersenyum, semangatnya telah kembali. “gue udah nentuin langkah awal gue, makasih banget ya lya. gue balik dulu.”
“nah gitu, semangat dong. hati hati cal.”
semoga lo cepet dapetin rumah lo lagi ya, cal.
selanjutnya, baca chapter radio bayu. makasih :D