the way it has to be.
suasana riuh dalam studio menyambut kedatanganku pagi ini. alih alih masuk ke dalam ruangan di hadapanku ini aku memilih berdiri di pintu memerhatikan kru yang sudah seperti setrika, mondar mandir menyiapkan video content yang akan direkam hari ini juga.
aku masih di depan pintu studio saat perempuan dengan rambut terkuncir berjalan tergesa menghampiriku, dan sepertinya kami seumuran. “mba lya ya? ayo mba, udah ditunggu sama mas bayu.”
aku mengangguk tersenyum dan mengikuti langkahnya. mataku melihat sosok bayu, yang masih sama. selalu ganteng.
“hai, bayu.” sapaku pada lelaki dengan jas hitam. bayu yang semula membelakangiku merotasikan tubuhnya saat mendengar suaraku.
“lya! apa kabar?”
sialan.
senyumnya, suaranya, sorot matanya, dan semua yang melekat padanya kembali membawa ingatanku pada malam itu.
malam saat secangkir coklat panas tak lagi nikmat. malam dimana pertemuan kami tak lagi hangat.
“let's break up, lya.”
jari jariku yang semula sedang menari cantik diatas keyboard laptop terhenti mendengar kalimat yang barusan bayu ucapkan.
“gimana maksudnya? setelah apa yang kita lewatin? bahkan dulu kamu yang nahan aku buat tetep dalam hubungan ini walau memang keliatannya gak ada masa depan buat kita. aku bisa pergi dari kamu lebih awal, bayu. tapi, kamu bikin aku percaya buat disini, sama kamu. tapi sekarang? seriously, christopher?” tanyaku yang masih terus memikirkan apa yang sebenarnya bayu pikirkan.
“i've been thinking about this for so long. aku serius, ini buat kebaikan kamu.”
“tau apa kamu tentang yang baik buat aku?”
“aku tau semua yang baik buat kamu. termasuk pisah sama aku.”
aku mengepalkan tanganku menahan semua perasaan sedih, marah, kecewa. semuanya. aku tak ingin meledak dihadapan bayu yang sampai detik ini pun masih menjadi laki laki setelah ayah yang paling aku sayangi, entah dalam tangisan atau teriakan. aku harus menahan semuanya setidaknya sampai bayu tak bisa melihat kelemahanku lagi.
“lya, aku percaya kalau kita emang jodoh pasti bakal bareng lagi. tapi, sekarang emang belum waktunya. suatu saat pasti kamu ngerti.”
“dan aku gamau jadi orang yang paling menyesal dengan nahan kamu tetep tinggal sama aku, saat kamu lebih bersinar tanpa aku.”
aku terdiam mendengar semua omongan bayu yang entah itu hanyalah bualan semata atau memang fakta.
“klise.”
aku bangkit dari kursiku, berdiam sebentar menatap lelaki yang selalu menjadi tempat istirahat ketika dunia sedang jahat.
bayuaji, aku pergi.
“teknisnya, nanti kalian saling tatap, bebas mau ngomong, bercanda, pokoknya keluarin semuanya disini ya. paham temen temen semua?” perempuan jangkung dengan rambutnya yang tergerai memberikan kami sedikit arahan. selain aku dan bayu, disini ada 3 pasangan mantan lain yang juga diundang untuk acara ini. haha, pasangan mantan. lucu bukan?
“oke, kita mulai ya!”
aku dan bayu dapat giliran kedua dari terakhir. tak ada percakapan apapun yang terjadi diantara kami. fokus dengan tontonan yang ada di depan saat ini.
melihat beberapa pasangan mantan lain yang larut dalam tawa, mengenang memori saat mereka bersama. membuatku tersenyum seraya bertanya tanya dalam hati.
apakah saat giliranku dengan bayu akan seperti itu juga?
aku melirik sedikit pada sosok di sampingku. mengamati bahu yang selalu kujadikan sandaran, dulu. sungguh bayu, aku rindu.
“habis ini mas bayu sama mba lya ya.”
aku mendongak, alihkan pandangan yang semula pada layar ponsel di tanganku, tersenyum tipis pada gadis yang pertama kutemui saat aku datang kesini. aku kembali melirik sedikit ke arah bayu dan mendapati ia tersenyum padaku. nafasku tertahan dibuatnya, sampai dia buka suara,
“pas tadi kamu sapa aku pertama kali setelah enam bulan, aku juga tahan nafas kok, hehe.”
astaga...
makin dilihat, makin ganteng.
video content hari ini bertajuk berpandangan, menurut yang kulihat di youtube, di segmen sebelumnya ada berpandangan dengan pacar, berpandangan dengan ibu, dan hari ini,
berpandangan dengan mantan.
sebenarnya jika teman bayu tak memohon padaku untuk datang aku tak perlu repot menyiapkan mental untuk menghadapi bayu lagi. toh sebentar lagi aku akan pergi.
“nanti kita bakal tutup mata kalian pake kain. setelah ada instruksi dari kita, baru kalian buka. paham? atau ada pertanyaan lagi?” tanya perempuan jangkung yang ternyata bernama kelly.
aku menggeleng karena sudah cukup paham dengan apa yang sudah dijelaskan, dan bermodal menonton dari pasangan pasangan (mantan) sebelumnya.
“gue boleh minta tolong?” bukan aku, barusan itu suara bayu. pertanyaannya buat seluruh kru memerhatikan kami. bukan kami sih, hanya bayu. tapi karena posisiku berada di sebelahnya, ya....jadi ikut ngerasa diperhatiin kan.
“minta tolong gimana, mas bayu?” tanya kak kelly, lagi.
“kalo semua kru keluar, boleh?” jawabnya atas pertanyaan kak kelly.
“gue pengen berdua aja, sama lya.”
naur........
kak kelly sekarang sedang berdiskusi dengan beberapa kru, membuat jarak dari posisi kami berdua. please, semoga permintaan bayu barusan tak dikabulkan oleh mereka. aku yang bermental yupi ini, gak sanggup jika hanya berdua dengan bayu.
gak kuat.
kak kelly kembali, mengamati kami sebentar kemudian tersenyum.
dan berkata, “okay, semua kru bakal keluar.”
haduh.
“ini kain penutup, setelah aku tutup pintu kalian boleh buka. enjoy, mas bayu dan mba lya.” tutup kak kelly seraya menjauh dari kami. kemudian mengondisikan semua orang untuk keluar dari studio.
aku dan bayu kemudian mengambil jarak kira kira satu meter dan menutup mata kami masing masing dengan kain.
kurasa semua orang sudah keluar dari sini, barusan terdengar suara keras seperti pintu yang ditutup, kemudian hening.
“buka ya?”
“okay.”
“satu...dua...” bayu memberi aba aba,
“tiga.”
hening.
tak ada satupun dari kami yang bicara. dan entah mataku yang salah melihat atau apa, mata bayu seperti berkaca kaca, tapi kenapa?
bayu bayu bayu.
aku paham betul bahwa tatapnya isyaratkan rindu. iya, bayu, aku juga. dan saat iris kami bertemu, rasanya seperti ada belati yang tiba tiba menghujam dadaku. sakit, sesak. tetapi secara bersamaan kupu kupu dalam perutku kembali beterbangan buat jantungku ikut berpacu.
dua menit, sudah selama itu kami hanya terdiam saling tatap. aku dibuat bingung dengan bungkamnya bayu dan perasaan aneh yang kurasakan.
“lya...” panggil bayu seraya melangkah mendekatiku.
“sayangnya bayu...” kini jarak kami tersisa hanya satu langkah.
grep.
bayu terisak, aku tau dia mati matian menahannya. pelukannya semakin erat, begitu pula tangisnya. aku elus punggungnya agar ia sedikit lebih tenang.
“my life is getting worst without you, lya.” ujarnya dengan suara parau.
“pulang ya?”
dengar ajaknya untuk kembali buatku tak bisa lagi menahan air mata yang sedari tadi ingin turun.
mau, aku mau.
tapi aku gak bisa, bay.
“tapi dulu kamu yang suruh aku pergi, bay.”
“lya dianterin ya mas, kasian ini udah malem. pasti capek juga dia.”
“pasti. i won't leave her.“
sayup sayup terdengar perbincangan antara bayu dan seorang perempuan yang kuyakini itu adalah kak kelly.
aku terdiam sebentar untuk mengumpulkan kesadaranku kembali. sepertinya karena aku terlalu lama menangis, sampai sampai aku tak sadar sudah tertidur di pundak bayu lengkap dengan tangannya yang merangkulku.
“bay..”
“hai, udah bangun? nyenyak ngga?”
aku mengangguk kecil, pasti nyenyak lah. entah kapan terakhir kali aku tidur dengan berada di dalam rangkulan bayu. rasanya nyaman juga hangat walau tanpa kasur dan selimut.
“yuk pulang, aku anter. tadi. juga udah pamitan sama kru, kita langsung aja takut kemaleman.” ujarnya seraya menuntunku ke arah parkiran.
“aku bisa sendiri, bay.”
ia hanya terkekeh kemudian mengusap kepalaku, “kamu kalo bangun jalannya suka sempoyongan, daripada jatuh mending aku tuntun ly.”
aduh, lebih baik jatuh karena sempoyongan daripada jantungan karena jalannya dituntun kamu, bay.
bayu mulai menyalakan mesin mobilnya, dan bergegas keluar dari parkiran gedung. sudah lama juga aku tidak naik mobil ini, dulu setidaknya tiga kali seminggu pasti ada momen kami disini. aku mengamati sekitar, masih sama, tak ada yang berubah sama sekali. termasuk foto kami masih terpajang rapih semenjak terakhir kali aku dudu di kursi penumpang mobil ini.
“foto kita, kenapa masih ditaro disitu?” tanyaku sembari menunjuk figura yang berdiri di dashboard.
“gapapa, sayang aja. biar setiap hari aku bisa liat kamu juga.” jawabnya diakhiri dengan tawa kecilnya.
apaan sih.
“playlistnya, boleh ganti pake punyaku?” aku mencoba mengalihkan pembicaraan barusa, malu.
“go ahead, masih inget caranya?”
“tinggal sambungin spotifyku pake bluetooth, kan?”
ia mengangguk, tak lama spotifyku sudah tersambung dengan tape mobil bayu. karena terlalu bingung aku memutuskan untuk pilih lagu secara acak.
dan, duh kenapa harus lagu ini sih yang keputer. aku menengok ke arah jok supir, menemukan bayu yang sedang mencoba menikmati lagu yang melantun memenuhi ruang mobil ini. judul lagunya moving on dari kodaline.
“sumpah, ini aku shuffle lagunya, bukan sengaja milih.” jelasku walau bayu tak singgung apa apa masalah lagunya.
“aku tau, lya.”
“dan by the way, karena kamu dulu sering denger lagu ini aku sampai hafal haha.” katanya, yang dilanjut bayu bernyanyi mengikuti mark si vokalis band kodaline.
“oh, do you remember when i told you that i'd love you to the bottom of the sea? yeah i know, i know it's over but i guess that's just the way it has to be.“
biasanya saat bayu bernyanyi seperti saat ini aku mulai merekamnya, entah kalian percaya atau tidak, tapi saat tangan bayu ada pada stir gantengnya berkali-kali lipat. apalagi ditambah suaranya yang merdu. duh, masyaallah.
some time in the future maybe we can get together. maybe share a drink and talk awhile, and reminisce about the days when we were still together. maybe somewhere further down the line, and i will meet you there.
some time in the future we can share our stories, when we won't care about all of our mistakes, our failures, and our glories. but until that day comes along, i'll keep on moving on. i'll keep on moving on.
“makasih ya bay, udah repot nganterin.” mobil bayu sudah terparkir apik depan pagar rumahku. dan seandainya bayu tak menahan tanganku, aku sudah keluar dari sini.
“lya, tunggu dulu.” semula ia hanya menahan tanganku, tapi sekarang kedua tangannya mengarahkan tubuhku untuk menghadap padanya.
“i can't” lirihku sambil menunduk, tak berani tatap matanya.
“lusa aku berangkat ke swiss, keterima S2 disana.” ia terkejut, aku paham betul ekspresinya, juga cengkraman tangannya pada kedua sisi tubuhku melonggar.
“dan itu mimpiku, kamu tau kan?”
“malem itu kamu bilang, kalau aku lebih bersinar tanpa kamu. and i did that.“
“i still love you, ofcourse. the spark is naver gone. but, i can't give up on my dream.“
bayu mengangguk paham kemudian berkata, “aku bisa tunggu kamu, lya.”
aku menghela nafas panjang, membawa tangan besar favoritku dalam genggaman. mengusap halus punggung tangan bayu tuk berikan sedikit tenang baginya.
“bayu, aku ngga sebulan dua bulan disana.”
“dan nunggu itu harus ada hasilnya,” ucapku seraya menatap lekat matanya, “mau nunggu apa kamu bay?”
“kamu.” jawabnya pasti.
“selalu,” aku menggeleng pelan sebelum melanjutkan kalimatku, “kamu selalu lupa satu satunya hal yang jadi sebab kita ngga bisa terus bareng.”
ia langsung mendekatkan dirinya untuk memelukku lagi, “i know. so please, jangan lanjutin kalimat kamu, lya.”
bayu menarik nafasnya pada ceruk leherku, semakin mengeratkan pelukannya seakan tak mau kehilangan kesempatan ini barang sedetikpun.
“you'll be okay bay, without me.“
“aku bakal terus bahagia, kamu juga ya?”
“and i guess, it's just the way it has to be. tuhan udah kasih kesempatan kita buat saling kenal, sayang, cinta. dan aku bersyukur karena itu. and if my life is a book, then you are my favorite page.“
aku usap terus punggungnya, bayu kembali keluarkan air matanya untuk kedua kali di hari ini.
perlahan ia mundurkan tubuhnya, tangannya menangkup wajahku. aku tak sadar bahwa kening kami sudah bersentuhan. kemudian ia gesekan hidung kami.
“i love you, lya.” ungkapnya.
pada sekon selanjutnya, bibir kami yang sudah lama tak saling sapa menyatu. lumatan darinya bentuk luapan emosi yang tak bisa ia keluarkan lewat kata kata.
pipiku terasa basah karena air mataku dan bayu, tangannya berusaha menghapus jejak kesedihan kami dengan posisi aku dan bayu yang masih bersatu.
“i love you too.” lirihku.
“nanti aku ikut anter kamu ke bandara, ya?”
“jangan,” cicitku, “aku ngga mau liat kamu nangis lagi. janji ya malem ini terakhir?”
“terakhir ketemu dan nangis karena aku.”
aku tersenyum diakhir dan tanganku yang tergerak tuk hapus sisa air mata di wajahnya.
“bahagia terus ya, bay? jaga kesehatan, jangan kebanyakan makan mie instan, jangan sibuk sampe lupa diri,” aku menarik nafas kemudian genggam lagi tangannya, “cari perempuan yang lebih baik, yang sama. janji ya?”
ia tersenyum getir, “ngga bisa janji kalau yang terakhir.”
aku memilih untuk tak menghiraukan kalimat terakhir yang ia katakan.
“goodbye.” satu kata terakhir dariku sebelum keluar dari mobilnya.
“lya! tunggu.” panggil bayu yang ternyata ikut keluar.
“can i have my last hug?“
aku membuka lebar kedua tangan, kembali merengkuh tubuh favoritku. hangat, nyaman, dan harum.
“im gonna miss you.” katanya seraya mencium pucuk kepalaku.
setelah itu ia pamit pulang, aku masih belum masuk karena menunggu mobilnya hilang di ujung jalan.
“gonna miss you too, bayuaji.”
end.
“hubungan beda agama tuh kalo ga ganti tuhan, ya ganti pasangan.”
haiii, astaga akhirnya selesai juga :') sorry, kalau mengecewakan.
dan makasi udah mau baca♡
© lyantares, 2021.