the gift.

tags: nsfw, mature, kissing, fingering, nipple plays, etc.

sapaan mentari datang dari sela sela gorden jendela kamar abin. lelaki itu tersenyum mengingat sekarang adalah hari kelahirannya.

senyumnya kian mengembang saat dengar dengkuran halus dari perempuan yang sekarang ada dalam dekapannya.

tangannya semakin maju, mempererat pelukan pada gadisnya yang masih pulas. bibirnya pun terus terusan mencium pucuk kepala naya seraya merapalkan kalimat sayang.

“bin, sesek,” lirih naya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

sorry.”

dahi naya mengkerut dengan matanya yang masih terpejam membuat pacarnya itu terkekeh. “apaan dah. kok, lo lucu banget sih.” ujarnya sembari mencubit pipi kekasihnya.

“lepasin, bin! sakit.” ringisan yang keluar dari mulut gadis itu tak membuat abin langsung menjauhkan tangannya.

“kalo gue gamau?” lelaki itu menangkat sebelah alisnya.

“gak akan gue kasih kado.” satu ancaman dari gadisnya kini berhasil membuat cubitannya terlepas.

“maksudnya jam tangan yang lo kasih semalem mau diambil lagi, gitu?”

gelengan dari perempuan yang masih dalam peluknya semakin buat lelaki itu kebingungan. “trus, apa?”

“gue punya satu hadiah lagi buat lo.” ia beranjak dari kasur, berjalan ke arah meja tempat ia menaruh tasnya.

sementara abin yang masih di kasur menopang kepalanya dengan tangan kiri dengan pandangan yang tak pernah lepas dari gadisnya. secara tak sadar abin tersnyum. tubuh mungil kesayangannya terlihat amat menggemaskan karena tenggelam dalam kaos kebesaran miliknya.

rambutnya yang sedikit berantakan juga celana pendeknya yang nyaris tak terlihat karena tertutup atasan. semua itu cukup untuk membuat pikiran abin melayang entah kemana.

“heh, kok bengong?” teguran dari naya yang kini sudah duduk disebelahnya membuat lelaki itu meneguk ludahnya sendiri. ia buru buru menghapus pikirannya.

“nggak kok., jawab pria itu seadanya.

okay ..... nih.” sebuah kotak biru kecil naya taruh di atas paha kekasihnya yang masih tertutup selimut.

respon pertama yang keluar dari mulut abin adalah, “lo mau ngelamar gue?”

“gak lah! udah sih buka aja.” pandangannya ia alihkan dari abin saat lelaki itu mulai meraih kotak pemberiannya.

dengan tidak sabar ia buka kotak itu. dan ... sial.

lelaki itu menatap lamat lamat perempuan disebelahnya yang masih menghindari tatapannya itu tanpa mengatakan satu kata pun. sia sia, pikir lelaki itu. ia bersusah payah membuang semua pikiran kotornya, tapi sia sia. tebak, apa yang ada dalam kotak itu?

kondom.

“naya,” panggil abin, tangan kanannya meraih wajah kekasihnya untuk ditangkup.

“liat gue. maksud lo apa?”

naya tak berniat menjawab pertanyaan dari pacarnya dengan kata. ditatapnya sebentar kekasihnya itu. kemudian ia memajukan wajahnya, membiarkan bibir keduanya bertemu. dilumat lembut bibir abin dengan mata terpejamnya.

tak mau kalah, si lelaki leo pun membalas lumatan kekasihnya. tangannya yang semula di wajah naya sudah turun. menyelusup ke dalam baju lawan mainnya, tidak lupa mengusap halus punggungnya.

tanpa sadar, sekarang posisi naya sudah terbaring di bawah abin. merasa gadisnya sudah mulai kekurangan oksigen, ia melepaskan penyatuan mereka.

“nay, yakin?” tanyanya dengan tatapan serius. ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melakukan hal lebih tanpa concent dari pacarnya.

“yakin,” jawab gadisnya pasti.

kini ibu jarinya mengusap bibir bagian bawah milik lelakinya. ia mengangkat naik sebelah ujung bibirnya seraya berkata, “show me another game that you mentioned last week.

i've been planned to give you the most priceless gift today.

dengan sigap abin menangkap pergelangan tangan gadisnya yang saat ini mulai turun ke lehernya. dengan tangan kirinya ia tahan kedua tangan naya diatas kepalanya.

naya lantas mendongakkan kepalanya keatas, seakan beri jalan kekasihnya yang saat ini memberi tanda pada lehernya. sesapan kuat yang ia beri pada ceruk leher gadisnya berhasil menyisakan tanda keunguan yang tak bisa hilang dalam sehari.

suhu kamar terasa kian panas. apalagi saat tangan lincah lelaki kelahiran bulan agustus itu menarik turun celana pendek gadisnya, lantas membuangnya entah kemana.

netra abin tak pernah melewatkan satu ekspresi yang ditunjukkan oleh wajah gadisnya. seperti saat ini, pria itu menghentikan seluruh kegiatannya pada tubuh naya. mengamati pacarnya yang sedang terengah, bersusah payah mengatur nafasnya.

“kok ... berhenti?” satu pertanyaan gadis itu lontarkan saat menyadari abin kini hanya memandanginya tanpa melakukan apapun lagi.

“lo mau gue ngapain?”

yang ditanya tak menjawab, tapi matanya jelas menunjukkan ia ingin lebih dari ini. ia mau disentuh lebih, diberi tanda lagi. naya mau dibuat lebih kacau dari ini.

“jawab,” titah lelaki itu.

saat lawannya tetap tak bergeming, ia membawa tangan kanannya turun mengusap lembut kemaluan gadisnya dari luar celana dalam.

“nghh ... bin.” naya sontak merapatkan kakinya saat menemukan tangan abin yang semakin intens mempermainkan titik sensitifnya.

“baru dari luar, nay. udah berisik banget. inget siapa yang mulai semua ini.” gadisnya mengangguk lemah dengan mata yang masih terpejam.

“sekarang, lo mau diapain lagi?”

matanya kembali ia buka. mereka saling bertatapan barang berapa detik. setelah perempuan itu mengumpulkan nyalinya, ia bawa tangan abin. lalu menempelkan tangan lelakinya pada dadanya.

“a-aku mau direm- ahh.” belum selesai dengan permintaannya tangan nakal yang sudah ada di atasnya meremasnya perlahan.

“gini? suka dimainin kayak gini?” tangannya semakin gencar memberikan remasan pada payudara kiri gadisnya.

sementara naya yang dihujani kenikmatan terus meloloskan desahan dari bibir mungilnya. “mau terus ahh, iya lagi bin ....”

“yang kanan ngghhh belum.”

pria itu beranjak bangun. membuka kaos lalu membuangnya ke sembarang arah. sekarang nasib kaosnya sama dengan celana pendek kekasihnya.

“gue boleh pegang tato lo?”

abin mengangguk. “sure, pegang sepuas lo.”

jemarinya menyusuri tanda di dada kekasihnya. sudah seminggu semenjak ia mengetahui inisial namanya terukir tepat diatas jantung abin. otak gadis itu tak pernah melewatkan satu hari tanpa membayangkan tangannya sendiri menyentuh tanda itu. dan pagi ini tepat di hari ulang tahun kekasihnya, keinginannya jadi kenyataan. dengan keadaan keduanya jauh dari kata rapih.

melihat kesayangannya masih asik bermain pada tubuhnya. ia perlahan menarik turun kain yang menutupi bagian bawahnya. gadisnya menggelinjang saat ia memasukkan satu jari tengahnya.

“bin .... ahh.” naya semakin bergerak gelisah kala lelaki yang ada diatasnya itu kembali menambahkan satu jarinya lagi untuk masuk.

“enak?”

ia mengangguk cepat. “enak bin, enak! mhh.”

erangan gadisnya semakin nyaring saat jari abin menemukan sweet spotnya. “gila, bin. gila ... shh.”

“kenapa, sayang?”

“jari gue, ahh ngga pernah sampe situ.”

mendengarnya membuat pria itu berdecih. semakin menekan titik sensitif gadisnya. “jadi lo suka main pake jari lo sendiri?”

“mmh ... hmm, beberapa kali-” ia belum selesai dengan jawabannya, tapi abin langsung membungkam kembali bibir gadisnya dengan ciuman.

“gue baru tau kalau cewek gue senakal ini.” naya bergidik mendengar bisikan lelaki itu pada telinganya.

“bin ... tambah lagi mmh, jarinya ... lagi.”

melihat pacarnya begitu frustrasi abin langsung menuruti permintaannya. sekarang tiga jari bergerak keluar masuk dengan cepat.

naya menaikkan pinggulnya. bergerak tak sabar, “mau ... gue mau bin ahh.”

dengan beberapa hentakan, punggung perempuan itu membusung menjemput putihnya.

semua jari ia keluarkan. membiarkan naya beristirahat sebentar sebelum memulai permainan mereka yang sebenarnya.

setelah dirasa cukup, abin membuka kaos yang sudah tak karuan bentuknya dari badan naya.

tubuh mungil pacarnya masih sensitif kembali menegang saat nipple kirinya bertemu dengan lidah abin. sementara yang sebelahnya dijepit di antara jari tengah dan telunjuk lelakinya.

pusing dan nikmat dicampur jadi satu. itu yang naya rasakan saat ini. tubuhnya melengkung ke atas kedua tangan yang terus menekan kepala abin yang kini masih bermain pada payudaranya.

cantik, lelaki itu bersumpah tidak ada yang bisa tandingi keindahan gadisnya saat ini. mulut yang tak pernah berhenti berteriak.

setelah puas bermain dengan dada gadisnya, ia bangkit. mengambil hadiah yang baru ia terima. memasang kondom pada bagian yang sudah berdiri di selatan tubuhnya.

kembali mendekati naya yang kini menatapnya dengan sayu. ia lantas mengelus bagian dalam paha pacarnya.

lagi, gadis itu hanya bisa menutup matanya. menikmati setiap rangsangan yang diberi oleh abin.

pria itu memposisikan miliknya. ia membungkuk, terdiam sejenak pada ceruk leher gadisnya.

tell me if it's hurt.

milik abin masuk secara perlahan. keduanya melenguh panjang saat batang pria itu udah tertanam sempurna di dalam kekasihnya.

“shhh ... gerak bin.”

ia perlahan mulai bergerak naik turun. kekasihnya pun turut menggerakan pinggul miliknya berlawanan arah dengan abin.

saat satu tangan abin jadikan tumpuan untuk menahan bobot tubuhnya. satu yang lainnya ia gunakan untuk meremas kembali gundukan yang sekarang jadi favoritnya.

kepalanya ia benamkan diantara kedua dada kekasihnya. naya meremas rambut abin kala pacarnya menjilati tengah dadanya.

“ahh gila naya, lo enak banget ....”

abin semakin menghentakkan miliknya. “cantik, cantik, cantik banget lo di bawah gue.”

“nghh cepet lagi bin ... cepetin lagi ....”

“ini aahh kurang hhh.”

merasa tertantang, gerakannya ia percepat. hentakannya diperdalam. tangannya turun, semakin turun menyentuh lembut klitoris wanitanya.

“anghhh fuck, bin. stop touching that.

too much mhhh ...”

tak mau menurut, abin semakin gencar memainkan clit gadisnya. perlakuan kurang ajar dari pacarnya membuat kepala naya semakin terlonjak ke belakang.

gerak pinggulnya semakin tak beraturan. otaknya tak lagi bisa berfikir jernih. satu tujuannya saat ini adalah untuk kembali menjemput pelepasannya.

“g-gue ... mau nghh keluarrr ....”

tubuhnya membusung untuk kesekian kali. tangannya meremat kuat sprei kasur kamar kekasihnya. abin semakin gencar. saat ini perut naya seperti akan meledakkan sesuatu.

“bareng, sayang shh ... tunggu.”

beberapa dorongan dan, “AAHHH ....”

happy birthday, bin.

keduanya keluar pada waktu yang hampir bersamaan. kini abin memeluk erat kekasihnya tanpa melepaskan penyatuan mereka.

i love you, nay.”

perempuan itu mengusap gemas surai abin. “hm, too.”

“bin ....”

“iya?”

“keluarin dulu, ganjel.” abin hanya terkekeh, lalu mengeluarkan miliknya dengan hati hati. ditariknya selimut sampai menutupi badan mereka.

tangannya bergerak menangkup pipi naya, mengusapnya dengan ibu jari. wajahnya menunjukkan guratan senyum saat pandangan keduanya bertemu.

“makasih ya hadiahnya.” naya hanya menyahutinya dengan dehaman, energinya habis.

“boleh minta lagi ga?” tanya lelaki itu dengan suara yang sangat pelan yang langsung mengundang pukulan dari naya.

“gak! masih cape.”

“nanti maksud gue ....”

pacarnya ber 'oh' ria “ada syaratnya.”

“apa?”

i'll take the lead.

sure.


fin.