tentang ares 1
setiap insan pasti punya cita cita, harapan, keinginan, atau mimpi. tak terkecuali dengan ares. hidupnya berkecukupan, hobi bermusiknya bisa hasilkan uang meski penuh tuntutan. jika dilihat dari kecamata orang lain pasti hidup ares terlihat menyenangkan. tapi tidak bagi lelaki itu sendiri. karena ares selalu berpikir bahwa chris adalah yang hidupnya paling beruntung. dikelilingi orang yang selalu mendukungnya, pekerjaan di perusahaan besar, terlebih lagi chris dicintai alea yang juga cinta pertama ares.
perasaan itu tak serta merta membuat hubungan ares dan chris menjadi renggang. karena chris adalah satu satunya teman yang ia punya. walaupun tetap dalam hati kecil ares ada rasa iri terhadap sahabatnya itu. dan saat ini keinginan yang selalu lelaki itu gadang gadangkan, akhirnya dikabulkan semesta. 'apakah aku bahagia?' pertanyaan barusan sering hinggap dalam benaknya. meski semua yang ia mau tercapai, ares ragu. apa benar ini adalah yang ia cari? dalam bayangannya dulu, sangat jauh berbeda dengan yang ia rasakan saat ini. hidup memang konyol, pikir ares.
langkah lelaki itu terhenti saat sampai pada gundukan tanah berumput yang bagian ujungnya tertancap sebuah nisan bertuliskan nama sahabatnya. ares merendahkan tubuhnya, berjongkok di sebelah tempat peristirahatan terakhir teman terdekatnya beberapa tahun terakhir.
ares menatap lekat ukiran nama pada nisan. meski itu adalah hal yang ia lihat tiap pagi sebelum memulai aktivitas utamanya sebagai pekerja kantoran dengan segudang tuntutan dari atasan, lelaki itu tak pernah bosan memandangi ukiran nama chris. karena dengan melihatnya membuat ares merasakan kembali saat dimana chris masih berdiri di bumi ini.
“chris, ini gue, ares.” tentu saja panggilan ares hanya hasilkan hening.
“semoga lo ga bosen gue samperin lo tiap pagi.”
“oke, gue bacain sekarang ya suratnya.”
lelaki itu mengambil secarik kertas pemberian alea pagi tadi dari sakunya. ares mulai membaca kata per kata, baris demi baris. namun ia terhenti sebentar saat hendak membaca baris terakhir dari tulisan tangan gadisnya, atau lebih tepatnya gadis mereka -ares dan chris-, alea.
“semangat kerjanya, chris. dari pacarmu tersayang, alea.”
sudah kebiasaan alea menulisakan surat untuk chris sebelum pergi ke kantor. sampai saat ini pun tak pernah gadis itu melewatkan barang satu hari untuk menulis surat untuk kekasihnya.
“alea kondisinya makin baik, dia mulai mau ke psikiater. pacar kita ... boleh ngga sih chris, sehari aja gue sebut dia sebagai pacar gue?”
bibir lelaki itu tunjukkan senyum tipis. dadanya terasa sesak. hampir satu tahun kepergian chris, tapi alea belum juga bisa menerima fakta itu. ares teringat saat dimana alea hancur. ia menyaksikan itu semua, saat barang di apartemen gadisnya hampir habis dibanting, dirusak. saat itu baru 7 hari sepeninggal chris. sore yang kacau, ares ingat betul. alea berada di atap gedung apartemen mereka. tatapan gadis itu kosong bahkan saat melihat