Si Payung Kecil.

hari ini sepertinya si mentari bahagia sekali, ia bersinar begitu terang di langit jakarta. memang sih aku sudah biasa dengan cuaca panas kota ini, tapi rasanya hari ini lebih meresahkan ditambah lagi dengan mata kuliah hidraulika di siang bolong membuat kepalaku semakin pening.

aku berjalan gontai diantara lorong loker gedung jurusanku, teknik sipil. kini aku telah sampai di depan loker yang sudah kupakai 3 bulan terakhir. tolong jangan heran dengan lokernya, kampus yang kupijaki sekarang ini memang kampus swasta, jadi fasilitasnya memang tak main main. bahkan akupun kaget saat datang pertama kali.

netraku menangkap sesuatu yang asing yang berada diantara rongga udara loker itu. kutarik kertas polos berwarna coklat dan kemudian membaca isinya.

3rd october 2020. i don't believe about love at the first sight, until i saw you. -☂️

“emangnya masih jaman ya beginian? payung juga maksudnya apa?” tanyaku yang menjadi pertanyaan tak terjawab karena di lorong ini pun hanya aku yang tersisa.

aku tak ambil pusing tentang kertas yang tiba tiba bertengger di tempat penyimpananku, mungkin hanya orang iseng yang kebetulan menyelipkannya tepat di pintu loker milikku.

lagipula aku sudah punya cowok. tidak, maksudku aku sudah melabuhkan hati pada salah satu kating dari fakultas sebelah. ya walaupun aku tak pernah berkenalan langsung dengan kak bayu. tapi dengan melihatnya tersenyum bersama teman temannya dari kejauhan saja sudah membuatku merasa senang.

pernah sekali aji dan haris menawarkanku untuk dikenalkan pada kak bayu, mereka memang dekat karena tinggal di rumah kos yang sama. tapi aku menolaknya, biarlah semesta saja yang pertemukan kami. bukan haris, pula aji.


dugaanku tentang orang iseng dan kertas pada lokerku ternyata salah besar. karena besoknya, dan hari hari selanjutnya kertas kecil dari si payung selalu datang.

jujur saja, kehadiran si payung dan catatan kecilnya beri aku sedikit kebahagiaan. walaupun sahabatku aji bilang bahwa menyeramkan mendapat pesan dari orang yang sama sekali tak kita kenal. tapi selama bukan pesan teror seharusnya tak masalah bukan?

lagi, sekarang aku sudah berdiri di lorong yang sebenarnya tidak terlalu luas. mengambil beberapa buku untuk kelasku yang masih berjarak sekitar 1 jam dari sekarang. oh iya, tak lupa mengambil catatan kecil yang sudah bisa dipastikan itu dari dia.

8th october 2020. hai lagi, lya. jangan lupa senyum! karena setiap kamu tersenyum, satu masalah di hidup kamu hilang. : ) ps: senyumnya yang ikhlas yaa. -☂️

aku tersenyum tipis membaca pesan dari si payung, “iya, ini senyumku ikhlas.”

suatu ide muncul dalam pikiranku, segera aku kembali membuka pintu yang memiliki lebar sekitar setengah meter dan mengambil sticky note. menorehkan tinta spidol biru yang semula ada pada saku kemejaku diatas sticky note tersebut dengan beberapa kalimat. kemudian menempelkannya pada pintu loker.

hai! makasih ya, siapapun kamu. jangan lupa senyum jugaa. :D – lya.

“semoga dia lihat.”

kemudian aku melangkahkan kaki berniat untuk pergi ke kantin fakultas. namun, belum ada 2 meter dari perpindahanku seseorang dengan suaranya yang nyaring memanggiku.

“LYAAAA! TUNGGU.” astaga, bisa nggak sih dia mengecilkan suaranya? masalahnya aku malu jadi pusat perhatian dari beberapa mahasiswa yang sedang lewat.

“aji, ngga usah teriak please.”

sorry, huh. bentar gue cape.” ujarnya dengan terengah jangan lupa tangannya berada pada lututnya seperti posisi rukuk pada shalat.

“nafas dulu nafas. lagian kenapa sih lari lari?”

“gue ada kabar bagus buat lo, nih!” serunya sembari memberikan kertas yang setelah kubaca isinya tentang open recruitment penyiar radio kampus.

“ini kesempatan lo bisa kenal bang bayu tau.”

aku terdiam sejenak dalam perjalanan kami menuju kantin, menimang nimang apakah benar ini kesempatan yang bagus? atau sebaliknya?

“kalo gue ga keterima?”

“udah lah keterima pasti itu, nanti gue ngomong langsung lo juga dulu sering ikut lomba story telling kan?”

“iya sih, yaudah nyoba ah. wawancaranya sore ini, abis gue kelas ini ji. temenin ya?”

“santai neng, pasti aji anter menuju sang jodoh.” aku menggeleng geleng mendengar celotehnya.

setelah selesai makan aku dan aji memutuskan untuk berpisah dan bertemu kembali saat kelas kami telah selesai untuk mengantarku menuju kak bayu. maksudku untuk wawancara oprec penyiar kampus. hehe.


“siap neng?”

“siap!”

sekarang kami sudah ada di depan ruangan studio yang biasa dipakai untuk siaran. tanganku membuka tungkai pintunnya, perlahan tapi pasti aku melihat sosok kak bayu yang sedang fokus pada kertas dihadapannya.

“selamaaat sore bang bayu!” seru seseorang dibelakangku, siapa lagi kalau bukan aji.

kak bayu mendongak melihat kearah kami, rautnya tampak kaget saat melihatku tapi sedetik kemudian berubah menunjukkan senyumnya yang astaga, maaf ya gula, tapi kamu kalah manis.

“nih bang, temen gue mau ikut oprec penyiar radio. terima aja langsung bang.”

kak bayu mengangguk, “jadi? kenapa saya harus terima kamu?” pertanyaan kak bayu barusan merujuk padaku.

aku menarik nafas perlahan menenangkan debaran jantung yang kecepatannya lebih dari bisanya.

“saya punya pengalaman sebagai penyiar, dan komitmen yang kuat untuk bergabung dengan radio kampus, kak.”

kak bayu lagi lagi hanya mengangguk kemudian bersiap melontarkan pertanyaan selanjutnya.

“kamu anak teknik bukan?”

“iya, kak. teknik sipil.”

“yakin bisa bagi waktu buat siaran sama praktikum? saya gak butuh janji, tapi butuh realisasi.”

“bisa kak.” jawabku pasti. bisa, tentu bisa asalkan sering sering ketemu sama kak bayu. aku bisa.

“yaudah, kita tunggu yang lain barangkali masih ada yang daftar. baru saya putuskan kamu gabung atau nggak.”

“gausah bang, lya aja. lagian ga ada lagi yang mau daftar.”

“ga mungkin lah, udah gue pasang selebaran di mading utama kampus.” balas kak bayu pada kalimat yang dilontarkan aji barusan.

“mungkin aja bang, soalnya pas lo pasang pengumumannya gue liat dan langsung gue copot buat kasih ke lya. hehehehehehe.” aku mendelik pada aji karena satu lagi tingkah ajaibnya yang membuatku tak habis pikir.

kak bayu juga kaget, ia mengusap wajahnya kasar. sama sama heran dengan apa yang aji lakukan.

“nama kamu siapa?”

“aliyyinaya, biasanya dipanggil lya.”

“oke, lya. selamat bergabung.” kemudian menjulurkan tangannya mengajakku bersalaman.

senyumku merekah saat meraih tangan kak bayu, ini berarti kali kedua jantungku berdetak tak beraturan sore ini. semoga yang kugenggam tangannya tak sadar aku sedang berusaha mati matian menahan nervous.

sepertinya setelah hari ini aku harus sering sering mentraktir aji.


hari hariku menjadi penyiar kampus sebulan kebelakang berjalan baik. aku dan kak bayu pun semakin akrab. si payung pun masih datang dengan catatan kecilnya. pernah sekali ia mengaitkan keresek berisi vitamin di pintu lokerku.

tapi pengecualian untuk hari ini. salahkan asisten laboratorium yang menolak laporan praktikum kelompokku hanya gara gara margin kanan kurang lebar 1 senti. moodku benar benar hancur. pusing, lelah, capek jadi satu. candaan aji bahkan senyum manis kak bayu pun tak cukup mengembalikan moodku.

sebelum pulang kusempatkan untuk mampir dulu ke lokerku untuk memastikan. iya, memastikan keberadaan catatan kecil dari si payung karena hari ini belum ada pesan darinya.

kurang ajar memang, tapi mungkin secarik kertas darinya bisa jadi dapat menjadi mood boosterku di ujung hari ini.

benar saja, ada catatan dari si payung dan satu kantong keresek berisi makanan. kenapa ada manusia yang memberikan afeksi sebegitu besarnya padaku.

17th september 2020. saya lihat kamu murung, jadi saya beli beberapa makanan manis. tenang, ini 100% halal dan aman karena saya beli di indomaret depan kampus. saya sertakan juga struk belanjanya, supaya kamu percaya. dimakan ya : ) -☂️

kurasa sangat tak adil baginya bila aku tak membalas semua perlakuannya. jadi kembali kutuliskan catatan balasan untuknya.

hai kamu! terimakasih ya makanannya, besok bisa ketemu ngga? aku mau ucapin terimakasih secara langsung. aku tunggu di taman kampus jam 9 pagi, ya. see you :D -lya.


pagi ini kusempatkan ke studio untuk menyimpan tas ranselku sebelum menemui si payung, kalau dia datang.

“mau kemana lagi lya? baru juga datang.” tanya kak bayu saat aku hendak keluar dari ruangan itu.

“aku ada janji kak, sama si payung kecil.”

“ah, yang ngasih kamu catatan itu?”

“iya kak, doain semoga dia datang ya.”

“pengen banget ya ketemu dia?” tanyanya lagi padaku.

“pengen banget kak, dia udah jadi semangat kecilku akhir akhir ini. pengen seengaknya mau berterimakasih secara langsung gitu.” jawabku untuk pertanyaan ketiga kak bayu pagi ini.

“oke. good luck, lya.”


3 menit

5 menit

10 menit

belum ada tanda tanda kehadiran si payung. sepertinya aku salah berharap dia datang pagi ini. karena dari awal dia lebih memilih mendukungku secara sembunyi daripada bercakap langsung denganku.

aku memutuskan untuk menunggu selama 10 menit lagi, barang kali ia datang sedikit lebih lama karena suatu hal.

“si payung kecilmu belum datang?” aku mengangkat kepala mencari suara,

“kak bayu? kenapa kesini? dia belum dateng kak. kayaknya aku salah deh berharap banyak dia datang.” lirihku sedih.

“mungkin dia udah datang, tapi kamu ngga sadar. coba, kamu tau rupanya?” aku menggeleng tanda tidak untuk jawaban dari pertanyaan kak bayu.

“kamu tau dia pake baju apa hari ini?” aku lagi lagi menjawab dengan gelengan.

“trus, gimana cara kamu ngenalin dia, lya?”

“mungkin, kalau dia datang dan tunjukin semua sticky note dari aku, baru aku tau. karena aku bener bener clueless kak.”

kak bayu diam, sesaat kemudian ia memberikan amplop berwarna kuning dengan ukuran sedang kepadaku.

“buka, lya.”

mataku berbinar saat mendapati kumpulan kertas dengan tulisan tanganku sendiri. aku masih ingat betul, itu berisi semua pesan yang kutempel untuk si payung.

“kak? payung kecil?”

kak bayu tersenyum seraya manganggukan kepalanya. “maaf aku terlalu pengecut, lya.”

“maaf karena aku cuma dukung kamu dibalik tulisan tulisanku.”

“tapi...kenapa? maksudnya kok bisa kak?”

“aku suka sama kamu, lya.”

“mungkin kamu ngga inget, tapi pas semester pertama kamu pernah minta tebengan payung karena hujan.” kak bayu terkekeh dan aku masih terus dengar ceritanya.

“kamu cantik, cantik, cantik.”

“tapi kamu langsung pergi sore itu.”

“aku baru tau nama kamu dua bulan lalu. tapi rasanya aneh kalau aku langsung minta kenalan, hehe.”

“jadi aku putusin untuk kirim semua catatan itu. awalnya aku gak akan datang. tapi tadi di studio kamu bilang kalau aku semangat kecilnya kamu.”

“tapi itu ngga cukup buat aku, lya. aku mau jadi alasan terbesar kamu tersenyum. aku mau peluk kamu pas dunia lagi jahat. aku mau kasih semua yang aku punya secara langsung ngga sembunyi sembunyi.”

“aku mau semua itu tapi aku ngga ada keberanian buat perjuangin itu. tapi aku sekarang sadar, kalau aku ngga bilang semua ini sama kamu aku bakal nyesel.”

“sekali lagi, aku suka kamu lya. bayuaji ini suka senyum lya yang sampai bentuk bulan sabit dimatanya.”

“kamu manis, manis, manis.”

aku masih bengong mencerna semua perkataan kak bayu, ini kak bayu loh. bayuaji yang kujelaskan sejak awal dia itu gebetanku.

“aku tau kamu bakal mikir aku orang yang aneh. tapi, aku mau kasih tau supaya lega juga. aku tau lya, kamu ngga mungkin suka sama a-..”

“aku juga suka kak bayu.”

“aku ikut jadi penyiar juga karena mau deket sama kak bayu....”

“kamu ngga bercanda, kan?”

“engga, kak.....”

detik itu juga setelah mendengar jawabanku kak bayu langsung memelukku.

hangat, nyaman, bahagia. entah harus kata apa lagi untuk mendeskripsikan hari ini. yang jelas, hari ini di taman kampus aku dan kak bayu memutuskan untuk saling mendukung satu sama lain secara terang terangan.

tak ada lagi catatan di pintu loker, hanya aku dan kak bayu yang hari ini resmi berpacaran.

fin.