satu lagi yang berkurang.
akhir tahun (seharusnya) menjadi hari libur yang membahagiakan bagi semua orang. begitu juga bagiku. sayangnya, semenjak berpacaran dengan bayu, libur panjang menjadi salah satu mimpi buruk, untuk kami berdua. alasannya jelas, karena kami berasal dari kota yang berbeda, kami tentu harus menjalani ldr selama beberapa minggu karena sama-sama pulang ke daerah asal masing-masing untuk menikmati liburan.
malam-malam kami hanya diisi dengan saling merindu serta sesekali melepasnya via chat dan telepon. pertemuan yang biasanya sudah cukup sulit dilakukan sebab kesibukan pangkas habis waktu luang, semakin terasa sulit.
semua ini menjadi lebih buruk lagi untukku karena bulan desember adalah bulan dimana aku dilahirkan. dan selayaknya orang yang tengah berulang tahun, aku juga ingin merayakan ulang tahunku bersama seseorang yang spesial di hidupku selain keluarga, dan orang itu adalah bayu. sayangnya hingga kini, keinginan itu belum bisa terealisasi.
yah, mau bagaimana lagi. ini kan bukan dunia doraemon dimana aku bisa punya alat canggih seperti pintu kemana saja untuk menemui bayu dalam waktu kilat.
“geser, dek,” pinta mas cio. kakak laki-lakiku yang baru saja kembali dari dapur membawa cangkir yang aku sendiri tidak yakin isinya teh atau kopi atau malah minuman hasil percobaannya yang kesekian kali.
sebab, jika mahesa, dicap radikal karena suka mencampur saos dengan berbagai makanan, masku yang satu itu jauh lebih radikal karena pernah memblender nutrisari mangga dan jambu secara bersamaan plus ditambah oreo, atau membuat jus melon campur jambu dan tape singkong yang astaga, jangan tanya aku bagaimana rasanya karena melihat bagaimana rupa minuman-minuman itu saja sudah membuat aku mual. tak sempat pikirkan niat untuk mencicipinya.
“itu apa, mas?” tanyaku seraya bergidik melihat isi cangkirnya yang berwarna tidak jelas.
“jus alpukat.”
“kok warnanya gitu?”
“mas pakein kental manis.”
“cokelat?”
“coco pandan.”
astagfirullah, batinku sembari geleng-geleng kepala.
“kalo keracunan, aku nggak mau anter rumah sakit, lho, ya,” ujarku pada mas cio yang sibuk dengan remote televisi di tangannya.
“iya, ah, berisik.”
“yeee, diingetin juga,” cibirku.
karena tidak mendapatkan balasan, kupilih kembali sibukkan diri dengan ponsel. aku meratapi ruang obrolanku dan bayu yang masih kosong sejak tadi pagi. tidak ada ucapan selamat ulang tahun darinya untukku. padahal, bayu adalah yang paling kuharapkan bisa menjadi orang pertama yang berikan kalimat selamat itu padaku.
tapi, aku tidak bisa banyak protes juga. lagipula, seharusnya aku tak berharap banyak karena kemarin, bayu memang sudah pamit. dia ada acara dengan keluarganya. dan kemungkinan besar, acara itu akan berlangsung hingga sore hari.
“ayah sama bunda udah ngucapin belum, ly?” celetuk mas cio membuatku langaung menutup ponsel dan meletakkannya di meja karena telah putus asa menunggu.
“udah.” aku mengangguk tak semangat. “tadi pagi telfon.”
fyi, ayah dan bundaku memang sedang pergi ke luar kota. maka dari itu, semakin lengkap sudah kesepian ulang tahunku tahun ini. tengah malam tadi saja, aku tiup lilin hanya ditemani mas cio dan bu rumi, asisten rumah tangga yang sudah bekerja di rumahku sejak mas cio masih bayi.
“dari mas, mau minta kado apa?” tawar mas cio.
aku memandang satu-satunya kakak laki-lakiku itu melas. “mau bayu, mas.”
“bayu pacar kamu itu?”
“iyalah. siapa lagi?”
“nggak ke sini dia?”
kepalaku menggeleng lesu beberapa kali. “dia ada acara keluarga.”
“oh!” mas cio tiba-tiba menjentikkan jari. “kemarin habis natalan, ya?” terkanya yang kubalas dengusan pelan.
“iya.”
dan begitulah mulanya bagaimana percakapan tentang bayu mengalir begitu saja diantara aku dan mas cio. membunuh keheningan, mengalahkan suara penyiar berita malam yang berasal dari tv di hadapan kami berdua.
sedikit banyak, aku terhibur dengan obrolan ringan malam itu yang mampu alihkan perasaan kecewaku sebab hingga satu jam kemudian, aku masih mendapati ponselku kosong tanpa satupun notifikasi dari bayu.
“mas, lya ngantuk deh. mau tidur aja.”
“iya, udah malem. gih tidur, ayo mas anter ke kamar.” kami beranjak dari sofa menuju kearah kamarku.
“udah jangan cemberut mulu.” kata mas cio sambil mengacak rambutku.
“yaudah, lya masuk ya.” mas cio mengangguk. saat aku hendak menutup pintu, tetapu mas cio menahan,
“kenapa mas?” tanyaku heran
“dek, jangan nangis. sini mas peluk dulu.” mas cio meregangkan tangannya,
“bayu ngerjain kamu doang kali dek,”
“bayu bukan orang yang kaya gitu tau mas..”
“yaudah, jangan nangis. sana tidur”
“iya nggaaa, dadah mas. makasih ya”
aku langsung menutup pintu kemudian mengurung diri dalam selimut. maaf mas lya bohong, lya nangis.
entah berapa lama aku menangis, kepalaku pusing, kemudian aku lekas melihat jam ponselku berharap hari ini sudah berakhir.
“lama banget masih setengah dua belas, ck” aku kembali melihat ponselku, masih belum ada juga notifikasi dari bayu.
“ah udahlah, apa sih yang diharepin lya.” aku kembali menyeka air mataku, dan memutuskan untuk tidur, mau apa lagi kan?
/tok tok tok pintu kamarku diketuk,
“dek, udah tidur?” ah, mas cio rupanya. buru buru aku masuk ke dalam selimut, bisa bisa mas cio marah lihat mataku bengkak gini.
“dek...” mas cio sudah masuk kamarku, aku masih diam berpura pura tidur dibalik selimutku.
tak ada suara, sampai seseorang duduk di ujung kasurku. mas cio, tapi ngapain mas ke kamarku? kemudian sebuah tangan menarik selimutku, dan mengusap puncak kepalaku.
“happy birthday, maaf ya bikin kamu nangis...lagi.” suaranya....ini bukan mas cio, tapi bayu. ini mimpi? atau apa?
ku buka mataku, dan benar ada bayu disitu dengan cheesecake kecil dihiasi lilin yang menyala di tangan kanannya.
“happy birthday, sayang. masih tanggal 28 kan?” tanya bayu memastikan.
aku langsung bangkit dari tidurku dan memeluk bayu, “jahat kamu bay.”
“hey, i'm here, masa dibilang jahat.” cibir bayu.
“ayo tiup dulu lilinnya, don't forget to make a wish.” titah bayu sambil memposisikan kue ulang tahun itu dihadapanku.
aku menutup mataku seraya mengucap beberapa harapan dalam hatiku kemudian meniup lilinnya.
“makasih ya, bay” kepalaku terangkat menatap teduh mata bayu, sekarang posisi kami sudah di atas kasurku dengan aku yang terus memeluk erat tubuh bayu. terimakasihku berbalas senyum manis dan anggukan bayuaji.
“mau kado apa?” tanya bayu bersamaan dengan tangannya mengacak rambutku. repot, selain rambut, detak jantungku ikut berantakan juga.
“mau cium”
“here you go”
cup
cup
7 kali, di kening, mata, hidung, pipi
dan bibir.
yang terakhir agak lama sih. cough.
“kurang ga? atau mau lagi?” goda bayu,
“udah ihhh, banyak banget” aku protes sambil memajukan bibirku.
“tuh malah sengaja dimajuin kannn”
“BAYU!” sialan, malu banget :(
“iyaa sayang, ngga kok ngga” ujarnya diakhiri tawa yang duh masyaallah, merdu.
bayu mengangkat tangannya kemudian mencari tanganku dibalik selimut. hangat saat tangan bayu akhirnya menemukan pencariannya, diusap lembut membuatku merasa semakin nyaman berada dalam dekapan lelaki libra ini.
“babe, tadi wish-nya apa?” tanyanya memecah sunyi yang terjadi beberapa menit terakhir.
“rahasia, bay. hehe”
harapannya, apa aja buat ending kita bay. yang terbaik, dan ga terus terusan stuck di situasi semu yang gatau ujungnya sampai mana.
cr. seobarbie. aku cuma nerusin kkkkkk