orang baik.

calya's sides story

tok tok tok

suara ketukan pintu pada pintu kamarku membuat aku memutuskan untuk segera beranjak dari hadapan meja rias dan bergegas membuka pintu.

kubuka sedikit untuk sekedar mengintip tangan siapa yang telah membuat kegaduhan kecil pagi ini dan mengintrupsi kegiatan menyisirku.

cengiran khas milik rara tetangga kamarku terpancar, aku bermaksud langsung menanyakan apa tujuannya kesini, tapi rara lebih dahulu membuka suara.

“itu nay, ada temen lo nungguin di depan.”

aku mengangguk, “oh, thanks ya.”

kakiku menyusuri lorong rumah kosku, sambil terus berfikir siapa yang dimaksud rara. aku memang ada janji dengan kak lya, tapi itu masih dua jam dari sekarang.

rasa penasaranku terjawab kala melihat sosok wanita cantik yang sudah duduk manis di kursi ruang tamu tempat tinggalku. dia erina.


“na, sebelum lo ngomong, sumpah gue ga ada waktu buat ribut. gue udah block kontak ical, dari dulu malah.” tuturku membuka obrolan kami pagi ini.

erina tersenyum, dan menggeleng, “aku sama ical udah putus.”

aku tau, tapi sungguh itu sudah tak penting lagi. aku tetap diam menunggu erina melanjutkan kalimatnya.

“aku mau minta maaf nay.” sambungnya.

“buat?” heran, bukannya kemarin dia sangat angkuh dengan mengklaim kemenangannya atas calvin.

“banyak, aku banyak salah sama kamu naya.”

kepalanya tertunduk, jemarinya terus memainkan ujung kemejanya. jelas sekali erina sedang gugup sekarang.

“maaf waktu di kafe aku kasar banget.”

“gapapa, udah lewat.” ucapku singkat, karena jujur situasi seperti ini sangat tidak nyaman terutama dengan hubungan kami yang jauh dari kata baik.

“aku mau kamu sama ical balikan.”

iris kami bertemu, dalam tatapan erina tak sedikitpun menyatakan penyesalan atas apa yang barusan keluar dari mulutnya.


sekarang bisa dibilang menjadi sesi curhat erina, sedikit banyak peduliku pada ceritanya yang tentu saja tentang ical.

tentang seringnya ical salah memanggil nama erina menjadi namaku, tentang ical yang terlalu sering melamun saat bersama erina. dan tentang erina yang memutuskan untuk berhenti menjadi pemeran pengganti di hidup ical.

mendengar cerita erina membuatku teringat kejadian semalam. pesan yang ical sampaikan lewat bang bayu di acara radionya masih mengisi sebagian besar pikiranku.

ditambah kedatangan erina yang tiba tiba hampir membuat kepalaku pecah dirundung banyak tanda tanya tentang ical.

beneran ical masih sayang? beneran ical masih mikirin aku? atau ini cuma akal akalan mereka? yang kemudian setelah aku percaya, aku akan lebih disakiti? oke cukup, pikiranku yang terakhir sudah seperti jalan cerita sinetron indosiar.


“satu pertanyaan.” ujarku sambil mengangkat jari telunjuk.

“kenapa lo lakuin ini? maksudnya datengin gue dan cerita semuanya, buat apa? atau jangan jangan disuruh ical?”

“aku gak disuruh ical,”

“nay, biarin aku jadi orang baik sebelum ninggalin jogja.” jawaban atas pertanyaanku tentang mengapa ia bersikap seperti ini membuat dadaku sesak.

“lo mau kemana?” tanyaku lagi.

“aku mau pulang ke bandung. sidang skripsiku juga udah, jadi buat apa disini.”


dirasa obrolan kami sudah selesai, erina pamit. aku sebagai tuan rumah (yang baik) memutuskan untuk mengantarnya sampai depan pintu gerbang rumah kosku.

“aku pamit ya. inget apa yang aku bilang nay, ical masih sayang banget sama kamu.”

sudut bibirku terangkat, aku tidak terlalu suka skinship, tapi hari ini aku membawa tubuhku untuk memeluk erina dan mengucap, “makasih ya, erina.”


erina, kamu baik. sangat baik. semoga bandung bisa mengobati lukamu, na. sampai jumpa.