maybe if hell froze over.

“tadi kamu bilang mau apa, yis?”

“aku mau balikan sama kamu, cantik.”

haris januar, mantanku saat masih sekolah di sma. waktu itu kami memutuskan untuk putus karena aku harus pindah sekolah dan tentu aku sebagai manusia yang tidak bisa berhubungan jarak jauh membuat kisah kami yang sedang seru serunya berakhir begitu saja.

tapi siapa sangka aku dan ayis dipertemukan kembali karena kampus dan jurusan kami sama. jujur saat melihat ayis pertama kali di kampus ada rasa senang yang susah dijelaskan, juga rasa kangen yang terobati.

okay, kembali lagi dengan kami sekarang. usai menyelesaikan uas semester pertama kami ayis mengajakku untuk makan di kantin. semenjak masuk kuliah memang aku selalu bersama ayis, karena ya memang tak ada alasan kami untuk saling bermusuhan.

aku menghela nafas, menatap wajah lelaki dihadapanku. lelaki yang pernah jadi alasanku tertawa, dulu. meski sekarang ayis juga sering menjadi alasanku untuk tertawa, tetapi semua beda. sekarang, ayis hanya seorang sahabat di mataku.

“tik, udah ngga ada lagi jarak. just us.

“ngga bisa, haris.” jawabku mantap.

ayis menunduk sebentar kemudian mengambil tanganku yang semula berada di meja kantin.

please, cantik....”

“yis, don't call me like that.”

aku melepaskan genggaman tangan ayis dan memindahkan tanganku pada pundaknya,

“yis, i loved you. dan sekarang aku bener bener anggep kamu sahabat yis.”

“bener bener ngga ada harapan ya?” tanyanya dengan senyum kecut.

maybe....if the hell froze over, we can be in love again, yis.”

fin.