marry you.
“nikah yuk.”
sebuah ajakan tanpa permisi keluar begitu lancar dari belah bibir chris yang saat ini sedang berbaring di atas sofa dengan pahaku sebagai bantalnya. aku yang asyik menyisir rambutnya sontak berhenti. kemudian menatapnya lekat. mencari tahu tentang kalimatnya barusan itu hanya candaan atau dia memang serius membawaku pada babak baru dalam hubungan kami lewat ekspresinya. rautnya tegas, tawa yang biasa mengikuti di setiap akhir leluconnya tak terdengar.
“kamu ngajak nikah kok kayak ngajak main petasan, chris.” balasku seadanya.
chris tak lagi membuka suaranya untuk menyahutiku. dalam ruangan yang hening kami kembali terbenam pada pikiran masing-masing. mungkin chris memilih bungkam karena tak mau menyeret kami dalam pertengkaran seperti yang sudah sudah.
terakhir kali topik tentang ini naik ke permukaan berakhir dengan kami tak saling bertukar kabar selama tiga hari lamanya. karena bagiku, pernikahan adalah sesuatu yang paling aku hindari dan chris tahu itu.
“kita udah ngobrol tentang ini, kan? dari awal kita mulai pacaran juga aku udah bilang sama kamu aku belum bisa....”
”... kalaupun suatu saat aku berubah pikiran, kamu bakal selalu jadi daftar paling atas, chris.”
senyuman dari lelaki favoritku mengembang, diikuti lekukan pada pipinya yang membuat ketampanan chris meningkatkan dua, tiga, bahkan sepuluh kali lipat.
aku sedikit menghela nafas saat ia memutuskan untuk meninggalkan pahaku yang menjadi tumpuan kepalanya. namun tak berselang lama chris menggenggam tanganku.
“makasih sayang, maaf aku udah bahas ini.” ujar chris yang kemudian menarikku ke rangkulannya.
hangat tubuhnya menjalar. usapannya pada lenganku membawaku pada kenyamanan. kata syukur sekali lagi kuucapkan dalam benak. semuanya terasa cukup saat chris bersamaku. masalahku seakan menguap karena afeksinya.
“chris....”
dehaman hanya keluar sebagai sahutan darinya yang sekarang sedang sibuk mengecup pucuk kepalaku.
“aku mau tanya. kenapa kamu bisa yakin gitu buat build up our next chapter?”
bukannya langsung menjawab tanyaku, chris malah menyatukan kedua telapak tangan kami. memainkan ibu jari milikku yang ukurannya lebih kecil daripada miliknya sendiri.
“slowly, you're problem become mine too. aku pengen selalu bisa ada di sisi kamu kalau dunia ini jadi lebih jahat. aku juga gamau biarin kamu nangis sendirian saat pundak kamu lagi berat sama beban hidup.”
“aku butuh kamu, dan aku pun yakin kamu ngga akan ninggalin aku. tujuan, semangat, alasanku buat terus hidup, semuanya jadi jelas kalau ada kamu.”
“aku pengen liat senyum kamu terus, selamanya.”
ada perasaan bergetar pada dadaku saat mendengar penuturannya. mataku mulai memanas, berusaha menahan cairan yang akan keluar.
“chris, kasih aku waktu ya buat mikirin semuanya?”
“iya sayang, pasti aku tunggu. dan sekarang aku harus pergi dulu, karena flight aku kurang dari dua jam lagi.”
aku berpindah ke pangkuannya. memeluk erat tubuh chris bak anak kecil yang tak mau pisah dari ibunya.
“manjanya pacarkuuu. kamu ngga bisa ya hari ini ikut aku?”
chris terkekeh kegelian saat aku menggeleng pada ceruk lehernya. “aku besok ada presentasi buat proyek yang udah dirancang sebulan terakhir. masa kutinggal gitu aja.”
“kalo gitu kamu harus dengerin aku.”
“iyaaaaa, kenapa?”
“jangan telat makan, jangan begadang, jangan lupa selalu kabarin. dan jangan genit sama cowok.”
tanganku menangkup wajah tampan milik lelaki dihadapanku. sedikit mencubit kedua pipinya gemas. kemudian mengecup bibirnya dengan singkat.
“ya ampun, chris. cuma dua hari, nanti aku langsung susul kamu ke bali. hati hati ya, see you at your birthday.”
ia berdiri, lalu mendudukkan ku pada sofa. “jaga diri, i love you sayang.”
“love you too.“
jarak yang terpaut jauh tak lantas menghilangkan chris dari bayang pikiranku. terlebih lagi kalimatnya kemarin selalu terngiang-ngiang. kugunakan waktu tanpanya dengan memikirkan tentang hubungan kami. dan sudah kuputuskan saat ulang tahunnya aku akan membicarakan hal ini dengan chris.
udara bali menyambut dengan hangat kedatanganku. langit bersih tanpa awan terpampang cantik seperti lukisan yang biasa kulihat di museum.
kugeret koperku begitu melihat sosok lelaki kulit putih dengan hoodie hitam favoritnya. berada dalam perjalanan diatas udara selama dua jam lamanya memang sedikit melelahkan. tapi semua itu hilang saat menyatu dengan pelukannya.
“happy birthday my man. i miss you sooo much!“
“thank you, baby. yuk kita ke hotel dulu, kamu pasti capek. setelah itu kita dinner.”
usai memindahkan koper ke tangannya sendiri, chris merangkulku sampai ke mobil yang katanya ia sewa untuk kami jalan jalan seminggu kedepan.
“let's go!“
bayanganku saat chris mengajakku untuk makan malam dengan setelan rapih adalah menuju restoran fancy dengan pasta atau steak sebagai hidangan utama.
karena nyatanya ia malah menuntunku ke pantai. lebih tepatnya pada kain alas yang dikelilingi lilin dengan aroma kesukaanku.
“this is so beautiful, chris. kamu yang ulang tahun, malah kamu siapin ini sendiri.”
“aku harus nyambut orang cantik dengan cara yang cantik juga. jadi aku siapin semua ini.” ujarnya sambil mengelus rambutku.
kepala kusandarkan pada bahu chris. bersamanya menikmati deburan ombak dan angin malam setelah perut kami terisi kenyang. bukan dengan makanan mewah, tapi mie instan rasa kari kesukaan kami berdua yang chris pesan dari warung yang tak jauh dari tempat kami sekarang. sesederhana itu tapi pasti akan kuingat selamanya.
“oh iya, aku hampir lupa. ini, kado dari aku. awalnya aku bingung karena kamu udah punya apa yang kamu mau. tapi kayaknya ini pas buat kamu.” tuturku seraya memberinya kotak kecil yang kupasang pita di atasnya.
“astaga, padahal ngga usah repot loh.”
dengan buru buru ia membuka kotak pemberianku. “gantungan kunci?”
“iya, itu rajutanku dan itu couple hehehe.”
“cute kok hurufnya H bukan C?” tanyanya keheranan.
“udah aku bilang itu kan couple.”
kerutan di dahinya perlahan menghilang saat aku menunjukkan gantungan kunci yang serupa dengan huruf W di tengahnya.
“husband and wife.” tegasku.
“al....” ia hanya memanggil namaku, tapi lewat sorot matanya aku mengerti betapa terkejutnya chris mendengar perkataanku sebelumnya.
aku menarik bibirku keatas membentuk senyuman, lalu mengangguk. dan tanpa basa basi lagi, chris memelukku dengan matanya yang berkaca kaca. “so ... did you mean....“
“iya, aku mau nikah sama kamu. aku mau coba semua hal baru sama kamu. berdua lebih baik dari pada sendiri, kan?”
“ini hadiah terindah di hari ulang tahunku. makasih sayang buat hari ini, hari kemarin, satu bulan, bahkan dari awal kita dipertemukan. i hope i love you all my life, alya.”
“i love you more, chris. makasih udah mau terima semua kurangnya aku.”
fin.
lyantares, 2021.