jazz and you.

1 | [how we meet.]

alunan saxophone yang merdu dari pria bertopi dipanggung seakan menyambut kedatangan lelaki dengan leather jacket dan jeansnya yang baru saja masuk ke gedung pertunjukan malam ini.

bayu mengedarkan pandangannya menyisir seluruh ruangan, mencari tempat yang sudah disediakan, katanya. bukan untuknya, melainkan untuk felix, sobat karibnya.

saat mendapati meja bundar dengan tag nama felixiano halim ia segera berjalan dan kemudian mendudukkan dirinya sendiri pada kursi yang dibalut dengan kain putih.

jika bukan karena permohonan felix untuk menggantikan kehadirannya malam ini, ia lebih memilih untuk berkencan dengan kasur di kosannya daripada menonton penampilan para musisi jazz di depannya saat ini.

semua tampak membosankan baginya, terlebih lagi ia tidak mengajak siapapun untuk jadi teman bicara. ia memang suka musik, cinta musik. tapi aliran jazz bukan favoritnya, mendengarkan lagu dengan genre jazz saja jarang.

lampu dalam ruangan semakin meredup kala gadis dengan dress merahnya naik keatas panggung diikuti lampu sorot yang semakin membuat semua perhatian beralih padanya.

baru kali ini perhatiannya tersita lebih banyak pada panggung dihadapannya. dress selutut dengan make up tipis pada wajah gadis yang ia bahkan tak tahu namanya siapa mampu tampilkan mata memuja para penonton malam ini, tak terkecuali lelaki dengan leather jacket yang duduk di samping panggung.

ia lagi lagi dibuat tersenyum saat gadis itu menari kecil di atas panggung ikuti irama musik seraya mengangkat mic ditangannya bersiap tuk bernyanyi.

sebelumnya ia tak pernah menduga bahwa gadis yang sedari tadi membuat senyumnya mengembang akan melihat ke arahnya, tersenyum, bersamaan dengan keluarnya suara indah gadis itu.

dua mata bertemu dan dua hati mulai bersatu saat itu.

tanpa sepatah kata namun seakan cinta asmara yang terpadu.

bayu terkesiap dengan yang barusan ia dengar, lirik dari lagunya yang seakan benar menggambarkan situasinya saat ini. belum lagi dengan tatapan mereka yang masih bertemu seakan akan ada benang yang menghubungkan ia dan gadis itu.

kita hadir di dunia untuk berjumpa,

kita hadir di dunia untuk bercinta,

agaknya....

lagu pelangi cinta yang bayu tau eksis di tahun 80-an yang malam ini dibawakan kembali setelah diaransemen ulang dengan sentuhan jazz, membuat bayu tertarik untuk mendalami genre ini, terlebih yang bernyanyi sekarang memiliki suara dan paras yang cantik.

dulu aku yang merana,

kini aku yang bahagia.

sekuntum bunga kau petik-petik,

kau sumpili telingaku.

satu lagi yang bayu dapat simpulkan malam ini, gadis itu, manusia yang mencuri seluruh atensi bayu malam ini, she's drop-dead gorgeous. buat bayu tak pernah menyesali kedatangannya kesini, dan mungkin besok ia akan traktir felix sebagai rasa terimakasih karena secara tak langsung sudah menjadi perantara pertemuannya dengan perempuan idealnya.


hari ini akan segera berakhir, tetapi nasib baik masih berpihak pada bayu. karena sekeluarnya ia dari gedung pentas malam ini, ia menemukan gadisnya- bukan, maksudnya penyanyi yang setengah jam lalu ambil habis semua perhatian bayu.

tanpa pikir panjang bayu segera berjalan ke arahnya kemudian diam berdiri di sebelahnya.

“hey, tulip.” panggil bayu.

are you talking to me?” tanya perempuan sebelahnya saat tak menemukan orang selain dirinya dan bayu di pinggir trotoar saat itu.

yes.” bayu tersenyum.

wait, why?

cause you was blooming in the stage like the tulips that bloom in spring.” bayu kembali tersenyum setelah menjawab pertanyaan dari gadis itu.

thank you, but tulip is not my name.

than, what's yours?

“lya, magnolya.”

“namanya cantik, lya. saya bayu.”

lya terdiam, mengingat kapan tepatnya ia bertanya siapa nama lelaki di sebelahnya. ia tak peduli, dan tak pernah mau tau.

i know i'm prettier from close up, but can you stop looking at me like that?” bayu terkekeh melihat ekspresi kesal wajah lya.

don't laugh.” kata lya lagi dengan datar yang malah semakin mengundang tawa bayu.

haha okay, sorry. habisnya kamu gemesin.”

tak terlalu mengindahkan kalimat bayu barusan, lya lebih memilih memainkan ponselnya, menanyakan dimana posisi kakak sepupunya yang katanya sudah dalam perjalanan untuk menjemputnya.

“oh iya, kenapa kamu gantiin sepupu saya? disuruh?” tanya lya yang sekarang menghadap bayu.

“oh, jadi kamu–”

belum selesai bayu bicara, lya kembali menyahutinya, “iya, sepupu felix.”

“tadi katanya pergi sama jesse.”

“oh, jessica.”

“kenapa?” bayu merenyit keheranan.

alih alih langsung menjawab, lya malah diam menatap bayu seakan beri isyarat, pengen banget ya kamu tau urusan saya?

“oke, kalo gamau bilang juga gapa–”

lya menghela nafas, “she's my whitelist.

bayu ingin bertanya lagi, tapi niatnya tertahan karena mobil bmw yang tak asing baginya berhenti depan mereka.

sorry, gue telat.” ujar lelaki yang baru saja turun dari mobil, itu felix.

“eh bang bayu.” bayu lambaikan tangannya, balas sapaan felix.

“ayo anter balik.” titah lya seraya berjalan ke arah mobil.

“ini lo gamau pamitan dulu sama bang-”

blam!

”-bayu.”

bayu yang menyaksikan pintu mobil felix dibanting dengan kasar hanya bisa menggeleng. sementara si pemilik meringis melihat mobil kesayangannya diperlakukan sembarangan.

“maafin lya ya bang, emang gitu anaknya. makasih udah nemenin dia sampe gue jemput, duluan ya bang. naya udah tidur juga di mobil.”

“gapapa, lucu haha.”

“maksudnya gimana bang?” felix kebingungan.

“sepupu lo, lya. lucu, gemes, cantik.” jelas bayu.

“sinting. dia lebih mirip hantu, serem.”

“kalo dia hantu pasti lucu kayak casper.” tutur bayu.

lawan bicaranya hanya terperangah mendengar pujian tentang sepupunya, yang notabene manusia paling menyeramkan bagi felix.

“yaudah bang, gue balik dulu deh.”

bayu mengangguk kemudian felix masuk dan menyalakan mesin mobilnya. “lo gak bisa ya lebih ramah dikit sama orang?”

felix yang bisa dikategorikan sebagai manusia paling sabar sedunia sudah geram melihat teman baiknya diperlakukan sebegitu rupa.

enggan menjawab pertanyaan sepupunya, lya lebih memilih untuk memasang headset di kupingnya.

bayu yang berada di sisi luar mobil mencondongkan tubuhnya kemudian mengetuk pelan kaca mobil felix.

felix yang dari tadi memerhatikan dari spion depan tak melihat ada tanda tanda lya akan menurunkan kacanya, jadi calvin berinisiatif untuk membukanya.

“hey, tulip.

i've told you, my name is lya.” lagi, bayu dibuat tersenyum dengan respon lya yang sama sekali tak ramah.

okay, okay. i'll call you lya, but promise me.

about?” tanya lya.

“kalo kita ketemu lagi, kamu harus kasih nomor teleponmu ke saya.”

“saya gak ada alasan buat ketemu kamu lagi, bayu.” ungkap lya.

okay, then.” kemudian bayu melepas topinya dan ia pakaikan di kepala lya.

“biar saya ada alasan buat temuin kamu lagi.”

dasar orang aneh.


to be continued