how if in the end it's not for us.

hari senin sepertinya memang sudah identik dengan ke-hectic-annya dan itu berlaku bagi hampir seluruh manusia. buktinya, sekarang aku baru selesai membersihkan dan merebahkan tubuhku tepat setelah adzan isya berkumandang. dan kebiasaanku saat sibuk adalah meninggalkan seluruh sosial media, ya tujuannya biar semua cepat rampung.

sesaat setelah menghubungkan ponselnya pada koneksi internet, bar notifikasi ponselku langsung banjir. ada satu nama yang membuatku tersenyum, siapa lagi kalau bukan bayu. langsung ku pencet tombol telpon yang letaknya di ujung kanan layar itu. 'tut...tut...' tak berapa lama, akhirnya ada jawaban dari sebrang sana “halo? lya! kemana aja hari ini? kok ngga aktif? ngga lupa makan kan?” huh, gemas kalau denger bayu panik.

“calm down bay, i'm fine! ngga telat makan. bukannya aku udah bilang ya kalau hari ini uts fisika? dan, hari senin tuh emang ribet banget. cape.” jawabku.

“oh iya, aku lupa kamu hari ini ujian. yaudah, yang penting aku udah tau kabar kamu. sekarang istirahat aja.”

“ngga mau bay, kangen kamu. mau peluk huhu.” terdengar suara kekehan bayu saat ia mendengar aku bilang kangen, termasuk momen yang langka soalnya.

“hm, mau night drive? di mobil aja biar kamu bisa tidur juga. sambil cari udara, kayaknya otak kamu udah panas banget deh.” usul bayu,

“mau mau, tapi aku pakai training aja ya?”

“iya, senyamannya aja. i'll be there sayang, see you.” tut. sambungan telepon terputus.

aku kembali merebahkan tubuhku, sebenernya aku ngga terlalu ingin buat keluar malem ini. tapi karena rasa kangen bayu lebih besar dari capekku hari ini, jadi ya aku mau aja pas bayu ngajak keluar.

tentang bayu, aku jadi teringat cerita raya dan naya ketika mereka menanyakan kepada masing masing pacarnya tentang bagaimana bila akhirnya mereka tidak bersama. raya yang menangis, dan ical yang berujung ngambek. ada sedikit rasa penasaran atas respon bayu bila aku tanya pertanyaan yang sama. tapi, ketakutanku lebih besar. ya, aku takut mengakui bahwa memang kemungkinan kita tidak bersama pada akhirnya. bersama, artinya harus sama bukan?

ting!

suara dari ponsel seketika membuyarkan lamunanku. ternyata ada pesan dari bayu. dia sudah di depan, katanya. aku pun segera beranjak dari kasur dan keluar dari kamar kos ku dan mengunci pintunya.

aku langsung berjalan ke arah mobil abu abu milik bayu yang sudah terparkir di depan banguan yang sudah kutinggali sekitar 3 tahun itu.

“hi, sayang. how's life?” sapa bayu,

“halo, bay. gatau ah pusing banyak ujian.” jawabku

“aku percaya lah kamu pasti bisa. oh iya, aku bawain cola sama camilan tuh di jok belakang.” kata bayu sambil menujuk ke arah belakang.

“asik, pengertian banget pacarku. oh, malem ini mau kemana?” tanyaku sambil membuka bungkusan chiki yang bayu beli.

“gini aja, keliling jogja. gapapa kan? atau kamu mau kemana?”

“gapapa kok, asal sama kamu aku mau kemana aja.” bayu tertawa mendengar jawabanku,

“dih, gombal kamu.” cibirnya sambil terus menyetir.

hening, hanya terdengar alunan lagu 70an dari tape mobil bayu. sungguh kombinasi yang pas. angin malam, lagu klasik dan bayu.

“lya..” ucap bayu tiba tiba,

“hm, kenapa bay?”

“akhir akhir ini ada hal yang bikin aku overthinking,” katanya

“hah, tumben kamu?” ya, aneh saja. seorang bayu yang biasanya menasehatiku tentang itu, sekarang malah dia yang overthinking.

“iya, jadi beberapa hari lalu calvin sama aji cerita. mereka cerita tentang raya sama naya yang tiba tiba nanya gini 'how if in the end it's not for us?'. calvin sama aji bener bener kepikiran juga. dan mereka bilang pasti kamu juga bakal nanyain pertanyaan yang sama ngga lama lagi. jadi sebelum kamu nanya, bakal aku tanya duluan. gimana kalo emang akhirnya kita ngga nikah, kita ngga bareng lagi?”

duh, kenapa topik yang paling aku hindari malah dibangun oleh bayu.

“hm, gimana ya. ngga gimana gimana bay. susah jelasinnya. yang jelas, mau kita bareng nantinya atau nggak. hidup kita harus terus berlanjut bay. kamu kalo ngga sama aku, pasti bakal nemuin perempuan yang lebih baik. begitu juga aku bay, walaupun mungkin susah nemuin yang lebih baik dari kamu. karena takdir ngga ada yang tau kan bay. kalo kamu gimana?”

“lya, tapi kamu yang terbaik. aku ngga tau kalo kamu ngga ada di samping aku nantinya. aku ngga tau bakal nemu perempuan yang lebih sabar nunggu karena kesibukan aku. aku ngga tau gimana nemuin perempuan semandiri kamu, nemuin perempuan yang ngga manja kayak kamu. yang selalu ngasih solusi bijak kalau aku lagi ada masalah. ngga, aku ngga bisa ya.” nadanya meninggi, bayu benar benar sedih, ia luapkan semua pikirannya. dia...bener bener sesayang itu ternyata.

“bay, jangan buat aku sedih. kalo kamu gini aku makin gabisa ninggalin kamu. percaya aja sama yang diatas, itu yang terbaik buat kita. kalau nanti diakhir kita ngga bareng lagi, kamu janji harus ikhlas. karena aku juga bakal ikhlas bay.” kataku sambil mengelus tangannya.

bayu sekarang sudah tenang, ia kemudian memberhentikan mobilnya di sisi jalan.

“bay, kok berhenti?” tanyaku. bayu tidak menjawab, dan langsung memelukku. oh, mau peluk..

“lya, tapi aku percaya kalau kamu bakal jadi istri aku. pokoknya aku mau nikahin kamu, aku bakal jadi ayah dari anak-anak kamu. pokoknya aku mau bangun keluarga kecil bahagia cuma sama kamu. dan aku percaya itu akan terjadi.” aku hanya bisa tersenyum, aku terlalu lelah hari ini. jadi lebih baik aku menyimpan pikiranku sendiri. mungkin di lain waktu aku akan benar benar bilang.

'bay, tapi kita beda.' </3