helping out.
decakan yang keluar dari mulut perempuan disebelahnya membuat tidur abin terusik. matanya mengerjap, lalu melihat pada jam yang tergantung pada dinding di atas tv.
1.47 pagi.
“masih belum tidur? belum selesai nulisnya?” yang ditanya langsung melihat abin lalu menggelengkan kepalanya.
“dikit lagi, tapi stuck.”
abin yang semula terlentang kini sudah memposisikan dirinya di belakang sang istri. memeluk pinggang ramping perempuan di depannya dengan dagu yang ia sangga pada bahu makhluk tuhan yang paling dicintainya. mereka terdiam sebentar, menikmati detik yang terus bergulir dalam ketenangan. hening tanpa suara hanya berbagai suhu tubuh satu sama lain.
usia pernikahan keduanya belum genap satu bulan. namun mereka kekurangan waktu untuk berduaan semenjak kepulangan mereka dari cuti honeymoon. abin dengan project lagunya, sedangkan naya dengan naskah novelnya yang sudah ditagih pihak penerbit.
“mana coba aku mau baca.”
mata abin terpaku pada laptop di pangkuan istrinya. membaca naskah hasil tangan dan otak ajaib naya. si pemilik karya memilih mengistirahatkan pikirannya, perempuan itu terpejam dengan kepala yang bersandar pada bahu abin.
“habis mereka masuk kamar, scene selanjutnya tuh make out. tapi aku kehabisan ide.” tutur perempuan yang masih memejamkan matanya.
lelaki itu hanya menangguk. lalu setelah selesai membaca hingga kalimat terakhir, ia pindahkan laptop yang semula di pangkuan istrinya ke nakas samping tempat tidur mereka.
“aku bisa bantu kamu cari idenya.” ucap abin yang kini lengannya sudah memeluk perut istrinya.
naya tak terlalu mengindahkan ucapan suaminya itu hanya diam menikmati kehangatan yang dihasilkan dari pelukan keduanya.
“kamu gak dingin pake baju kayak gini?” sebuah kalimat tanya keluar dari mulut abin saat lelaki itu menyadari pakaian yang melekat pada tubuh istrinya sangat minim bahan.
“ngga, kan dipeluk.” jawab naya singkat.
sang suami tak lagi menanggapi jawaban naya. karena kini tangannya terulur ke bawah, menangkup milik perempuan itu dan mengusapnya lembut.
“mhh ... bin, ngapain?”
tangan besar abin kini tak hanya diam. jarinya menggelitik, menekan, membuat pola memutar hingga hasilkan lenguhan indah yang keluar dari bibir naya.
“aku serius waktu bilang mau bantu kamu–”
“–close your eyes, nikmati aja yang aku kasih.”
kini tangan abin sudah masuk ke dalam celana tidur super pendek yang istrinya kenakan. jari tengah dan telunjuk ia gunakan untuk menjepit klitoris naya lagi lagi membuat gadisnya menjerit suarakan nikmat.
tangan kirinya tak dibiarkan menganggur, ia pakai untuk memberi rangsangan pada kedua dada naya. remasan juga pilinan pada dada membuat sang pemilik semakin bergerak gelisah.
dua jari sudah masuk terjepit di dalam naya. menggunting, mengacak ngacak miliknya dengan tempo yang lumayan cepat.
“nghh ... there ....” desah perempuan itu saat entah yang ke berapa kali jari abin menekan titik manisnya.
tubuhnya yang dimanjakan dibeberapa titik membuat naya tak bisa lagi menahan pelepasannya. dadanya membusung, kakinya bergetar hebat seiring dengan mempercepatnya tempo jari abin di bawah sana.
“–AHHH ... CHANGBINNN....”
naya menjerit saat sampai pada puncaknya. suaminya tak pernah gagal membawanya pada kenikmatan yang tak sanggup ia jelaskan dengan kata.
senyum manis perempuan itu terukir di wajah cantiknya. ia masih menikmati sisa-sisa pelepasan juga menormalkan nafasnya.
“thank you. that was great. aku juga udah nemu idenya.”
abin pun turut senang mendengarnya. lelaki itu kemudian mengecup pucak kepala istrinya lalu berkata, “anytime for you.“
lyantares, 2021.