backstreet.
pintu studio yang saat ini berisikan 4 nyawa terbuka. menampilkan seorang perempuan dengan tas jinjing berisi makanan. naya berjalan masuk, menyapa kawan kawannya dengan senyum.
“ini dia kesayangan kita semuaaa!” seru jinan seraya membawa naya dalam pelukan, membuat gadis itu terkekeh.
jinan menarik naya pada sofa yang tadi ia duduki. “lo bawa apa?” tanya lelaki itu selagi membuka tas yang naya bawa dari rumahnya.
“biasa, tadi iseng masak.” jawab naya seadanya.
sekarang mereka sedang menyantap pancake bawaan naya. chris yang sedang fokus mengedit track pun turut makan lewat suapan dari alya. semuanya menikmati pancake. kecuali abin, masih kenyang katanya.
ruangan diisi oleh gelak tawa karena cerita cerita lucu yang jinan lontarkan. atau jinan yang terus terusan menggoda naya, meminta gadis itu untuk menjadi pacarnya. dan semua itu tak luput dari tatapan sinis dari seseorang di sudut ruangan dengan laptop yang ia pangku.
abin sama sekali tidak fokus menggarap lagu mereka kalau naya yang notabene pacarnya tertawa bersama lelaki lain tepat di hadapannya. lelaki itu tak bisa protes lantaran mengingat keinginan naya untuk tak memberi tahu siapapun tentang hubungan mereka. alias backstreet.
“untung lo mau kesini nay. bayangin dari tadi kak chris berduaan terus sama kak alya. belum lagi bang abin yang asik banget kayaknya tadi chatting sama pacarnya, senyum senyum sendiri.” gadis itu tersenyum mendengar penuturan jinan tentang abin yang tersenyum kala bertuka pesan dengannya. padahal jawaban abin tadi terbilang dingin.
“tapi sekarang gue tenang, kan ada lo. bang abin tuh yang sekarang keliatan bete banget. makanya bang, kalo punya pacar diajak kesini.”
abin menghela nafasnya. “udah. sering gue ajak. tapi anaknya emang belum siap aja dikenalin.” ujarnya sembari melirik naya sekilas.
“kan bisa tuh nanti kita triple date di studio kalo pacar lo udah mau dikenalin.” ucap jinan dengan antusiasnya.
“emang lo udah punya pacar ji?” kali ini gantian alya yang lontarkan pertanyaan pada jinan.
“ini sih, naya kan ada.” lelaki itu nyengir seraya menaikkan kedua alisnya dengan matanya yang terus menatap naya.
“gak mungkin....” naya punya gue, batin abin.
“pengen liat deh fotonya bang,” celetuk jinan. abin tak menggubris permintaan jinan. lelaki itu sibuk membereskan laptopnya memilih untuk menyelesaikan lagu mereka di apartemennya.
“privacy, ji. nanti juga tau kok.”
alya dan chris bersorak, “wih, abin gentleman.” kini chris yang bersuara diiringi anggukan setuju dari pacarnya.
“gue balik dulu ya kak, ji, nay. gak fokus disini.” jinan mengangguk, sedangkan sepasang kekasih saling bertukar pandang dan saling berbisik tentang sesuatu yang aneh dari abin, tak biasanya seperti itu.
langkah lelaki itu menjauh meninggalkan naya dengan rasa bersalah dan tanda tanya pada alya dan chris. sedangkan jinan? ia tetap tak acuh seperti biasanya.
tak berselang lama notifikasi dari aplikasi pesan muncul di layar hp naya. pesan yang masuk buat gadis mengulum bibirnya, manahan senyum.
Bin <3 gue tunggu di parkiran.
“eh udah sore nih, gue balik dulu ya.” pamit naya seraya buru buru merapikan bawaannya.
“hati hati nay,” ucap alya dan chris bersamaan.
“mau dianter?”
“ngga usah ji, udah ditungguin di bawah. see you semua.”
mobil abin melaju saat naya sudah duduk dengan safety belt yang terpasang. naya menengok pada abin yang sedari tadi bungkam.
“bin, maaf....”
“gapapa, resiko backstreet kan emang gitu.”
naya mendekat, mengecup pipi pacarnya. “jangan ngambek dong, bin.”
“hmmm.”
mobil yang mereka tumpangi berhenti lantaran lampu lalu lintas menyala di bagian paling atas dengan warna merah.
hari belum begitu gelap, masih ada beberapa pengamen yang bernyanyi dari satu mobil ke mobil lain.
lelaki di sebelah naya melepaskan safety beltnya. condongkan tubuhnya ke arah gadisnya lalu menyatukan kedua bibir mereka. naya yang terkejut atas perlakuan abin yang tanpa aba aba. gadis itu terdiam beberapa saat sebelum membalas lumatan abin.
keduanya mendadak tuli, mengabaikan pengamen yang memetik dawainya di luar jendela sisi naya. lampu sudah berubah menjadi hijau tapi pagutan mereka belum juga terputus.
sampai saat sang supir di mobil belakang abin mengelaksoni mereka. menyadari itu naya sontak mendorong abin. lelaki itu langsung tancap gas meninggalkan perempatan yang menjadi saksi kelakuan gila mereka.
keduanya terkekeh mengingat mereka yang baru saja melakukan hal tak senonoh di jalan raya.
“nanti lanjut ya, nginep di apart gue kan?”
gadis itu mengangguk, “ada stok?”
“ada sisa yang terakhir main.”
another night they spend it well.
lyantares, 2021.